Berapakah usia bagi seorang pria dianggap terlalu tua untuk memiliki anak? Apakah pria juga memiliki batasan seperti halnya perempuan dalam hal kesuburan? Simak penjelasannya.
Berbeda dengan perempuan, pria tidak memiliki "deadline" untuk memiliki anak. Meski kualitas, kuantitas, dan pergerakan sperma menurun drastis di usia 50 tahun, cukup banyak pria yang mampu menghamili wanita bertahun-tahun setelahnya.
Charlie Chaplin adalah salah satu contohnya. Ia memiliki bayi lagi di usia 73 tahun. Ada juga Tony Randall yang punya dua anak di penghujung usia 70 tahun. Contoh lain adalah seorang petani dari India bernama Nanu Ram Jogi yang berhasil memiliki anak di usia 90 tahun pada 2007 lalu.
Meski demikian, bukan berarti pria tidak memiliki masalah dengan kesuburan. Fertilitas pria akan berkurang setiap dekade, terutama setelah ia berusia di atas 35 tahun. Jumlah sperma usia 50-80 tahun hanya 75 persen dibanding pria usia 20-50 tahun.
Kemampuan berenang sperma juga berkurang seiring dengan usia. Mobilitas sperma yang paling baik adalah di usia 25 tahun dan paling rendah di usia 55 tahun. Dari usia 35-55 tahun, mobilitas sperma berkurang sampai 54 persen, tak peduli berapa banyak ia berhubungan seks.
Namun, yang harus jadi perhatian adalah kualitas sperma berubah saat pria menginjak usia 50 tahun. Bila terjadi pembuahan sel telur di usia ini, besar kemungkinan anak yang dilahirkan akan memiliki cacat bawaan atau gangguan kesehatan.
Sejauh ini penelitian ilmiah menunjukkan, makin tua usia si ayah ketika memiliki anak, makin besar risikonya memiliki anak yang menderita down syndrome, schizophrenia, autisme, dan penyakit genetik lainnya. Risiko si ibu untuk mengalami keguguran juga lebih tinggi.
Dengan kata lain, walau kesuburan pria tidak dipengaruhi usia seperti halnya kaum wanita, ada faktor-faktor penurunan kualitas kesehatan bayi yang akan dilahirkan.
No comments:
Post a Comment