Vaksin halal karena tidak mengandung enzim babi sebagaimana diisukan. Vaksin juga tidak menurunkan kecerdasan karena mutunya diawasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Hal itu mengemuka dalam diskusi tentang imunisasi di Kementerian Kesehatan, Jumat (22/7) di Jakarta. Ketua Bidang Hukum dan Advokasi Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Mursyidah Thahir mengatakan, polemik halal haram mereda setelah banyak pihak, termasuk Majelis Ulama Indonesia, meyakinkan masyarakat bahwa vaksin tidak mengandung babi, dan merupakan imunisasi penting bagi kesehatan anak.
Namun, kini, sebagian kader Muslimat NU yang menjadi mitra tenaga kesehatan di lapangan menghadapi isu bahwa vaksin dapat menurunkan kecerdasan.
Soedjatmiko, dokter spesialis anak yang juga Sekretaris Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, menambahkan, program imunisasi menghadapi hambatan karena setiap saat muncul ibu-ibu baru dengan pola pikir dan latar belakang beragam. Karena itu, kampanye perlu terus dilaksanakan.
Soedjatmiko meyakinkan, tidak satu pun negara di dunia yang tidak melaksanakan program vaksinasi. Para pakar dan pemerintah sepakat bahwa vaksin bermanfaat dan penting untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit berbahaya.
”Vaksin yang digunakan diproduksi oleh PT Bio Farma dan diawasi Organisasi Kesehatan Dunia. Vaksin produksi PT Bio Farma bahkan digunakan oleh Unicef untuk lebih dari 120 negara di dunia,” ujarnya.
Menurut Direktur Surveilan Imunisasi Karantina dan Kesehatan Mata Kementerian Kesehatan Andi Muhadir, dengan menggandeng seluruh pihak terkait, cakupan imunisasi diharapkan meningkat. Menurut dia, cakupan imunisasi untuk bayi berusia 0-11 bulan mencapai lebih dari 90 persen dari 4,6 juta bayi.
Pada 4 Oktober-4 November, pihaknya akan menggelar kampanye imunisasi campak dan polio di 17 provinsi.
No comments:
Post a Comment