Meskipun orangtua wajib memperhatikan tumbuh kembang buah hatinya, namun orangtua sebaiknya tidak terlalu panik dan berasumsi sendiri jika di usia 2 tahun si kecil belum mahir bicara.
Sepanjang tidak ada tanda-tanda keterlambatan lain pada perkembangannya, orangtua bisa menunggu kemampuan bicara sambil terus menstimulasinya hingga anak berusia 5 tahun.
Hal tersebut diungkapkan Andrew Whitehouse, psikolog anak dari University of Western Australia. Dalam riset yang dimuat dalam jurnal Pediatrics ia menyebutkan, anak yang terlambat bicara di usia 2 tahun memang cenderung memiliki masalah emosional dan perilaku. Namun hal tersebut lebih disebabkan karena rasa frustasinya tidak bisa berkomunikasi.
Setelah usia 5 - 17 tahun, mayoritas anak-anak yang pernah terlambat bicara tersebut memiliki perilaku yang sama seperti halnya anak-anak yang perkembangan bicaranya sudah pesat di usia 2 tahun.
"Walau demikian hasil studi ini menunjukkan jika keterlambatan bicara itu menetap sampai anak usia sekolah, mereka juga beresiko mengalami gangguan psikiatri," kata Wshitehouse.
Dalam penelitiannya, Whitehouse melakukan studi prospektif pertama mengenai perkembangan bicara dan perilaku. Ini berarti ia dan timnya merekrut para relawan penelitian sejak bayi kemudian mengikuti perkembangan anak-anak itu sampai mereka usia 17 tahun.
Anak-anak yang menjadi responden dalam penelitian ini lahir di Perth, Australia, antara tahun 1989 dan 1991. Orangtua mereka diminta mengisi kuesioner saat si anak berusia 2 tahun, kemudian di usia 5, 8, 10, 14, dan 17.
Hasil penelitian menunjukkan anak-anak yang terlambat bicara di usia 2 tahun, atau kemampuan bicara mereka 15 persen lebih rendah dibanding anak lain di usia sama, memiliki gangguan emosional lebih tinggi. Namun di usia 5 tahun, anak-anak itu sudah mengatasi gangguan emosional dan perilakunya.
"Begitu anak yang terlambat bicara ini sudah mampu mengejar ketertinggalannya dalam berkomunikasi, masalah emosional dan perilaku itu sudah tak terlihat," katanya.
Ia menambahkan, keterlambatan bicara bukanlah faktor timbulnya perilaku kecemasan pada anak. Kendati demikian, para orangtua tetap disarankan untuk memberikan stimulasi bahasa pada anaknya.
"Itu berarti orangtua harus lebih banyak menghabiskan waktunya dengan anak untuk berkomunikasi, bermain bersama, membacakan cerita, serta berinteraksi sesuai level anak," katanya.
No comments:
Post a Comment