Tak hanya menyerang orang tua, osteoporosis kini mulai gemar menghampiri kaum muda. Gaya hidup tidak sehat dan mengonsumsi nutrisi kurang tepat, disebut-sebut sebagai biang keladinya.
Persepsi bahwa penyakit osteoporosis atau pengeroposan tulang merupakan penyakit orang yang sudah tua, sebaiknya segera ditinggalkan. Faktanya, saat ini wanita di usia yang lebih muda telah menunjukkan gaya hidup yang berpotensi terhadap meningkatnya gejala osteoporosis pada tulang mereka. Ini tentu merupakan bentuk peringatan tersendiri.
Mau bukti? Data International Osteoporosis Foundation (IOF) pada 2009 menyebutkan, Filipina dan Indonesia menjadi negara dengan catatan terburuk dalam hal kondisi kepadatan tulang. Wanita Indonesia pada usia 25 sampai 65 tahun berisiko tertinggi terkena osteoporosis dibandingkan negara Asia lainnya. Di sisi lain, hasil analisis data Puslitbang Gizi Kemenkes 2006 menunjukkan bahwa dua dari lima wanita Indonesia berpotensi osteoporosis.
”Yang harus dipahami masyarakat saat ini adalah pentingnya menjaga kondisi tulang. Apalagi pada umumnya puncak kepadatan massa tulang tercapai pada usia 25 sampai 35 tahun,” kata Spesialis Rehabilitasi Medik Konsultan dari FKUI-RSCM, dr Siti Annisa Nuhonni SpRM (K) saat media workshop bertajuk ”Anlene Boneversation Class” oleh Fonterra Brands Indonesia di Jakarta.
Menurut Siti, osteoporosis adalah penyakit pada tulang yang ditandai dengan penurunan kepadatan massa tulang yang membuat tulang menjadi tipis, rapuh, dan mudah retak sampai patah. Setelah perkembangan masa tulang mengalami puncak di usia 30 tahun, tubuh tidak cukup mampu lagi membentuk tulang baru. Atau bisa juga karena penyerapan tulang yang sudah berusia tua terlalu banyak, maka terjadilah penyakit ini.
Osteoporosis, menurut dia, hampir tidak menimbulkan gejala yang jelas (silent disease), kecuali bila tulang retak dan patah,penderita akan merasa nyeri. Lokasi patah tulang yang sering terjadi, yaitu pada tulang belakang, panggul, dan pergelangan tangan. ”Patah tulang di daerah tulang belakang dan panggul dapat merupakan penyebab timbulnya nyeri menahun dan cacat jangka panjang,” ucap Siti.
Bahayanya, osteoporosis lebih senang menyerang kaum hawa karena massa tulang wanita lebih sedikit dibandingkan pria. Apalagi sejak menopause, hormon estrogen yang diperlukan untuk membantu penyerapan kalsium pada tulang menurun dengan drastis. Gaya hidup kaum muda saat ini juga dapat memicu terjadinya osteoporosis, di antaranya konsumsi garam berlebih, rokok, kopi, minuman bersoda, dan alkohol.
”Gaya hidup penduduk Indonesia seperti menghindari panas terik matahari karena takut hitam, menggunakan sun block, pendingin AC, ruangan tertutup kaca berlapis antipanas juga bisa menjadi pemicu osteoporosis karena sinar UV pada matahari bagus untuk kesehatan tulang,” tutur Siti. Spesialis Gizi Klinik dari FKUI-RSCM, dr Fiastuti Witjaksono MS SpGK, menuturkan, betapa pentingnya bagi wanita muda dan aktif melakukan investasi kesehatan tulang dan sendi melalui gaya hidup sehat, serta asupan nutrisi yang tepat.
Secara statistik, kerapuhan akibat osteoporosis diperkirakan terjadi setiap tiga detik di seluruh dunia. Bahkan, fakta yang menyedihkan, pada rentang usia 25 tahun setiap penduduk sebuah negara, terdeteksi 25 persen di antaranya berisiko terkena penyakit ini. Namun, osteoporosis dapat diobati dengan perubahan gaya hidup dan pengobatan yang tepat.
”Mereka yang berisiko secara genetik berpotensi lebih besar terkena osteoporosis, juga mereka dengan tubuh atau proporsi tulangnya kecil,” katanya. Solusinya, pastikan asupan kalsium tercukupi sesuai kebutuhan, bisa melalui susu, produk susu, ikan, kacang- kacang, tahu, tempe, dan sayuran berwarna hijau.
Pastikan juga asupan protein tidak kurang. Kekurangan protein merupakan faktor risiko terjadinya patah tulang dan juga berefek negatif terhadap proses penyembuhan akibat patah tulang. Hindarilah mengonsumsi alkohol berlebihan, mempunyai berat badan kurang, serta konsumsilah sayur dan buah dalam jumlah cukup.
”Bila melakukan diet untuk menurunkan berat badan, pastikan asupan kalsium dan vitamin D tetap tercukupi. Hindari diet terlalu ketat atau fad diet,” kata Fiastuti. Hasil penelitian di 14 negara Asia mencerminkan rendahnya asupan kalsium orang Asia, yaitu rata-rata hanya 450 mg dari 1.300 mg yang dibutuhkan per hari. Selain itu,meluasnya penuaan penduduk di Asia juga memberikan kekhawatiran akan munculnya masalah osteoporosis pada periode 2050.
Secara umum, hasil penelitian ini menyoroti kesimpulan regional bahwa pada usia 35 tahun, satu dari tiga orang di kawasan Asia berisiko menderita osteoporosis.
Olahraga teratur seperti jalan kaki dan minum susu berkalsium tinggi, menurut dia, merupakan langkah preventif sederhana yang senantiasa disosialisasikan Anlene kepada masyarakat.
No comments:
Post a Comment