Saturday, June 18, 2011

Agama, Sumber Kesehatan Jiwa Raga

Psikiater terkemuka Prof Dr dr Dadang Hawari menyatakan, agama sangat bermanfaat untuk dijadikan terapi dan memelihara kesehatan jiwa.

Agama, kata Prof Hawari, dapat dimanfaatkan para psikiater dalam mengobati pasien yang mengalami gangguan kejiwaan melalui konsep biology, psychology, social, and spiritual (BPSS).

Integrasi agama ke dalam pengobatan sebenarnya sudah dikenal secara luas. Pada tahun 1984, misalnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan dimensi spiritual keagamaan sama pentingnya dengan dimensi fisik, psikologis, dan psikososial. Seiring dengan itu, terapi-terapi yang dilakukan pun mulai menggunakan dimensi spiritual keagamaan. Terapi yang demikian disebut terapi holistik, artinya terapi yang melibatkan fisik, psikologis, psikososial, dan spiritual.

"Integrasi ini telah disampaikan dalam berbagai konferensi internasional di bidang ilmu kedokteran jiwa (psychiatry) dan kesehatan jiwa (mental health)," ujar psikiater senior kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, itu yang kini berada di Yunani untuk bersilaturahim dengan masyarakat Indonesia di Athena.

Prof Hawari juga ke Athena dalam rangkaian perjalanan menghadiri World Psychiatric Association International Congress di Turki, 9-12 Juni mendatang. Menurut Prof Hawari, setiap dokter harus mampu mengenal kondisi seseorang secara utuh, baik dari sisi raga, jiwa, dan terakhir adalah agama. Kata pria yang menekuni ilmu kedokteran sejak 1968 ini, konsep agama dalam dunia psikiatri internasional sudah menjadi bagian integral sejak 1993.

Untuk itu, dalam menganalisa seorang pasien yang mengalami masalah kejiwaan, para dokter juga harus meneliti pasien dari sisi agamanya. Dalam praktiknya selama ini, konsep ini sangat membantu kesembuhan pasien-pasiennya.

Semua Agama, lanjut Prof Hawari, sudah secara jelas menyiratkan perintah dan larangan bagi pengikutnya dan merupakan petunjuk hidup yang harus dijalankan secara benar. Dalam lingkup agama Islam, misalnya, rukun Islam dan rukun iman merupakan pedoman hidup dalam berumah tangga dan bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dengan menjalankan rukun Islam dan rukun iman, seorang Muslim mampu mengendalikan diri dan tercegah dari segala perbuatan keji dan munkar.

Menurut Prof Hawari, orang yang benar-benar meyakini rukun iman tersebut dapat terpelihara jiwanya dari kelima hal yang merusak jiwa atau juga dikenal dengan istilah mo-limo (5-M). Lima hal tersebut adalah madat alias narkotika, minuman keras yang dapat merusak jiwa dan raga manusia, main judi yang membawa kerugian moril maupun materiil bagi bangsa, maling termasuk di antaranya korupsi, dan madon atau main perempuan, prostitusi, pelacuran, dan penyimpangan seksual lainnya.

Untuk itu, ia mengajak masyarakat menekuni ajaran dan aturan agama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Kepada warga beragama Islam, mempelajari dan menjadikan Alquran sebagai rujukan bagi tiap persoalan yang dihadapi dalam berkehidupan dan bermasyarakat.

No comments:

Post a Comment