Masalah gangguan mental sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan skrining sejak dini, khususnya sejak masa kanak-kanak. Anak yang mengalami gejala seperti selalu merasa cemas wajib diskrining, untuk mencegah berkembangnya masalah mental yang berat di kemudian hari.
Hal tersebut disampaikan oleh Profesor Hans Ulrich Witten, selaku pemimpin penelitian dalam sebuah studi kesehatan mental di Eropa. Riset dilakukan selama tiga tahun, yang melibatkan lebih dari 500 juta orang di 30 negara. Hasil riset ini dipublikasikan dalam journal European Psychopharmacology.
Diperkirakan bahwa 38,2 persen atau 165 juta orang di Eropa menderita gangguan mental dan kecemasan pada semua kelompok umur. Pada anak-anak bentuk gangguan mental bisa berupa gangguan pola makan, sementara demensia atau kepikunan lebih sering terjadi pada orang tua.
Witten mengatakan, angka kejadian depresi naik dua kali lipat sejak tahun 1970-an. Depresi umumnya terjadi ketika seseorang menginjak usia 20-an, setelah mereka melewati masa remaja dan mulai merasa tidak aman dengan dunianya.
Gangguan kecemasan mempengaruhi 14 persen dari populasi. Melakukan skrining sejak dini menurut Witten sangat efektif dalam mengurangi perkembangan ke arah depresi sebesar 60 persen.
Menurut Witten, perempuan berusia 25-40 tahun, tiga sampai empat kali lebih berisiko menderita depresi. "Ada tingkat depresi yang sangat tinggi ketika wanita memiliki bayi, membesarkan anak-anak ditambah dengan pekerjaan dan keluarga," katanya.
Sementara itu profesor David Nutt, Kepala Departemen Neuropsychopharmacology di Imperial College, London, mengatakan, "Jika Anda bisa mendeteksinya sejak awal, Anda dapat mengubah arah penyakit sehingga tidak berujung pada ke cacatan," tandasnya.
Gangguan kecemasan juga menjadi alarm adanya penyakit degenerasi yang menyerang saraf seperti parkinson. "Terapi perilaku kognitif sangat efektif mencegah berkembangnya gangguan kecemasan. Dengan 10-20 sesi manfaatnya bisa berlangsung dalam jangka panjang," katanya.
No comments:
Post a Comment